A. Definisi
Reog adalah salah satu kesenian
budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap
sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh
sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat reog
dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih
sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
B. Sejarah
Reog Ponorogo Sebagai Budaya Bangsa
Sebenarnya Indonesia kaya akan
keaneragaman kebudayaan namun kurangnya perhatian oleh masyarakat kalangan atas
atau pemerintah, budaya yang ada di in idonesia sedikit demi sedsikit akan
hilang karena akan tersingkir oleh budaya asing yang masuk keindonesia. Bangsa
indonesia harus benara-benar memfilter terhadap kebudayaan yang masuk ke
indonesia yaitu budaya asing yang menyalahi adeologi pancasila. Dengan cara
menilai, mempertimbangkan, dan memutuskan layak atau tidaknya budaya tersebut
masuk ke indonesia.
Dari keanekaragaman kebudayaan di
Indonesia, salah satunya yaitu Reog Ponorogo. Reog adalah salah satu budaya
bangsa Indonesia yang masih eksis dan terus di kembangkan agar budaya tersebut
bisa dilestarikan dan sebagai warisan yang tidaj ternilai bagi anak cucu. Ada
satu kejadian yang akan mengecap bahwa reog adalah milik negara Malaysia, namun
Indonesia tetap mempertahankannya.Dengan kejadian tersebut hendaklah kita
sebagai pemuda penerus bangsa harus melestarikan reog ponorogo. apalagi bagi
anda anggota kotareyog.com harus lebih siap sedia bila sewaktu-waktu kebudayaan
kita di rebut bangsa lain. Karena budaya adalah kekayaan bangsa. reog
ponorogonoleh pemkab ponorogo di lestarikan dengan mengadakan acara rutin
tahunan yaitu Grebeg Suro, yang biasanya acara tyersebut di adakan pada malam
satu suro. pemkab ponorogo menggelar acara ini dalam taraf atau tingkatan
nasional dari daerah manapun di indonesia bisa ikut partisipasi di dalamnya.
beberapa tujuan yang di capai adalah :
1. Hiburan untuk masyarakat
2. Melestarikan adat daerah dan
budaya bangsa
3. Sebagai upaya pelestarian budaya
bangsa pada para penerus bangsa.
Pertunjukan reog di Ponorogo tahun
1920. Selain reog, terdapat pula penari kuda kepang dan bujangganong.
Pada dasarnya ada lima versi cerita
populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok, namun
salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki
Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit
terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat
dari pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup,
ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu
meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak
muda seni bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan
bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan lagi kerajaan
Majapahit kelak. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan
kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni
Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Bra Kertabumi dan
kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan
masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng
berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa Barong", raja
hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu
merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para
rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang
diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi
simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras
dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi
simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong
yang mencapai lebih dari 50kg hanya dengan menggunakan giginya. Populernya Reog
Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Kertabumi mengambil tindakan dan menyerang
perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan
dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng
kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya
sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan
populer di antara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru dimana
ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono
Sewondono, Dewi Songgolangit, and Sri Genthayu.
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo
kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri,
Dewi Ragil Kuning, namun ditengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong
dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan
dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujanganom, dikawal oleh
warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki
ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan
Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para
penari dalam keadaan 'kerasukan' saat mementaskan tariannya.
Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya
mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai pewarisan budaya yang
sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang
terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga.
Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk
memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis
keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.
C. Pementasan Seni Reog
Reog Ponorogo
Reog modern biasanya dipentaskan
dalam beberapa peristiwa seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar
Nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian
pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan
pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini
menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang
dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil, penari ini
biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini
dinamakan tari jaran kepang, yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu
tari kuda lumping. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian
oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu.
Setelah tarian pembukaan selesai,
baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog
ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah
adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar,
Adegan dalam seni reog biasanya tidak
mengikuti skenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara
pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan
penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh
pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam
pementasan seni reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.
Adegan terakhir adalah singa barong,
dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat
dari bulu burung merak. Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg. Topeng yang
berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng
ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diproleh dengan
latihan spiritual seperti puasa dan tapa.
D. Kontroversi
Foto tari Barongan di situs resmi
Malaysia, yang memicu kontroversi.
Tarian sejenis Reog Ponorogo yang
ditarikan di Malaysia dinamakan Tari Barongan. Tarian ini juga menggunakan
topeng dadak merak, yaitu topeng berkepala harimau yang di atasnya terdapat
bulu-bulu merak. Deskripsi dan foto tarian ini ditampilkan dalam situs resmi
Kementrian Kebudayaan Kesenian dan Warisan Malaysia.
Kontroversi timbul karena pada topeng
dadak merak di situs resmi tersebut terdapat tulisan "Malaysia", dan
diakui sebagai warisan masyarakat dari Batu Pahat, Johor dan Selangor,
Malaysia. Hal ini memicu protes berbagai pihak di Indonesia, termasuk seniman
Reog asal Ponorogo yang menyatakan bahwa hak cipta kesenian Reog telah dicatatkan
dengan nomor 026377 tertanggal 11 Februari 2004, dan dengan demikian diketahui
oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia. Ditemukan pula informasi bahwa
dadak merak yang terlihat di situs resmi tersebut adalah buatan pengrajin
Ponorogo. Ribuan seniman Reog sempat berdemonstrasi di depan Kedutaan Malaysia
di Jakarta. Pemerintah Indonesia menyatakan akan meneliti lebih lanjut hal
tersebut.
Pada akhir November 2007, Duta Besar
Malaysia untuk Indonesia Datuk Zainal Abidin Muhammad Zain menyatakan bahwa
Pemerintah Malaysia tidak pernah mengklaim Reog Ponorogo sebagai budaya asli
negara itu. Reog yang disebut “Barongan” di Malaysia dapat dijumpai di Johor
dan Selangor, karena dibawa oleh rakyat Jawa yang merantau ke negeri tersebut.
Komentar
Menurut saya pemerintah
Indonesia tidak perlu terlalu mempermasalahkan itu, karena kesenian reog yang
ada di Malaysia itu adalah rakyat Indonesia yang membawanya dan Indonesia juga
tidak bisa berbohong bahwa salah satu budayanya juga berasal dari luar
Indonesia, contohnya : Wayang Kulit yang dibawa dari India. Jika Indonesia
tidak ingin kehilangan salah satu budayanya (Reog Ponorogo) maka pemerintah
harus lebih memperhatikan budaya tersebut agar budaya tersebut tidak hilang
dari Indonesia.
No comments:
Post a Comment
Silakan berkomentar untuk entri artikel di blog