Serat Kalatidha |
Mangkya darajating praja
Kawuryan wus sunyaturi
Rurah pangrehing ukara
Karana tanpa palupi
Atilar silastuti
Sujana sarjana kelu
Kalulun kala tida
Tidhem tandhaning dumadi
Ardayengrat dene karoban rubeda
Keadaan negara waktu sekarang,
sudah semakin merosot.
Situasi (keadaan tata negara)
telah rusah, karena sudah tak ada yang dapat diikuti lagi.
Sudah banyak yang meninggalkan
petuah-petuah/aturan-aturan lama.
Orang cerdik cendekiawan terbawa
arus Kala Tidha (jaman yang penuh keragu-raguan).
Suasananya mencekam. Karena dunia
penuh dengan kerepotan.
Ratune ratu utama
Patihe patih linuwih
Pra nayaka tyas raharja
Panekare becik-becik
Paranedene tan dadi
Paliyasing Kala Bendu
Mandar mangkin andadra
Rubeda angrebedi
Beda-beda ardaning wong saknegara
Sebenarnya rajanya termasuk raja
yang baik,
Patihnya juga cerdik, semua anak
buah hatinya baik, pemuka-pemuka masyarakat baik,
namun segalanya itu tidak
menciptakan kebaikan.
Oleh karena daya jaman Kala
Bendu.
Bahkan kerepotan-kerepotan makin
menjadi-jadi.
Lain orang lain pikiran dan
maksudnya.
Katetangi tangisira
Sira sang paramengkawi
Kawileting tyas duhkita
Katamen ing ren wirangi
Dening upaya sandi
Sumaruna angrawung
Mangimur manuhara
Met pamrih melik pakolih
Temah suka ing karsa tanpa wiweka
Waktu itulah perasaan sang
Pujangga menangis, penuh kesedihan,
mendapatkan hinaan dan malu,
akibat dari perbuatan seseorang.
Tampaknya orang tersebut memberi
harapan menghibur
sehingga sang Pujangga karena
gembira hatinya dan tidak waspada.
Dasar karoban pawarta
Bebaratun ujar lamis
Pinudya dadya pangarsa
Wekasan malah kawuri
Yan pinikir sayekti
Mundhak apa aneng ngayun
Andhedher kaluputan
Siniraman banyu lali
Lamun tuwuh dadi kekembanging
beka
Persoalannya hanyalah karena
kabar angin yang tiada menentu.
Akan ditempatkan sebagai pemuka
tetapi akhirnya sama sekali tidak benar,
bahkan tidak mendapat perhatian
sama sekali.
Sebenarnya kalah direnungkan, apa
sih gunanya menjadi pemuka/pemimpin ?
Hanya akan membuat
kesalahan-kesalahan saja.
Lebih-lebih bila ketambahan lupa
diri, hasilnya tidak lain hanyalah kerepotan.
Ujaring panitisastra
Awewarah asung peling
Ing jaman keneng musibat
Wong ambeg jatmika kontit
Mengkono yen niteni
Pedah apa amituhu
Pawarta lolawara
Mundhuk angreranta ati
Angurbaya angiket cariteng kuna
Menurut buku Panitisastra (ahli
sastra), sebenarnya sudah ada peringatan.
Didalam jaman yang penuh
kerepotan dan kebatilan ini, orang yang berbudi tidak terpakai.
Demikianlah jika kita meneliti.
Apakah gunanya meyakini kabar angin akibatnya hanya akan menyusahkan hati saja.
Lebih baik membuat karya-karya kisah jaman dahulu kala.
Keni kinarta darsana
Panglimbang ala lan becik
Sayekti akeh kewala
Lelakon kang dadi tamsil
Masalahing ngaurip
Wahaninira tinemu
Temahan anarima
Mupus pepesthening takdir
Puluh-Puluh anglakoni kaelokan
Membuat kisah lama ini dapat
dipakai kaca benggala,
guna membandingkan perbuatan yang
salah dan yang betul.
Sebenarnya banyak sekali contoh
-contoh dalam kisah-kisah lama,
mengenai kehidupan yang dapat
mendinginkan hati, akhirnya “nrima”
dan menyerahkan diri kepada
kehendak Tuhan.
Yah segalanya itu karena sedang
mengalami kejadian yang aneh-aneh.
Amenangi jaman edan
Ewuh aya ing pambudi
Milu edan nora tahan
Yen tan milu anglakoni
Boya kaduman melik
Kaliren wekasanipun
Ndilalah karsa Allah
Begja-begjane kang lali
Luwih begja kang eling lawan
waspada
Hidup didalam jaman edan, memang
repot.
Akan mengikuti tidak sampai hati,
tetapi kalau tidak mengikuti geraknya jaman
tidak mendapat apapun juga.
Akhirnya dapat menderita kelaparan.
Namun sudah menjadi kehendak
Tuhan. Bagaimanapun juga walaupun orang yang lupa itu bahagia namun masih lebih
bahagia lagi orang yang senantiasa ingat dan waspada.
Semono iku bebasan
Padu-padune kepengin
Enggih mekoten man Doblang
Bener ingkang angarani
Nanging sajroning batin
Sejatine nyamut-nyamut
Wis tuwa arep apa
Muhung mahas ing asepi
Supayantuk pangaksamaning Hyang
Suksma
Segalanya itu sebenarnya
dikarenakan keinginan hati. Betul bukan ?
Memang benar kalau ada yang
mengatakan demikian.
Namun sebenarnya didalam hati
repot juga. Sekarang sudah tua,
apa pula yang dicari. Lebih baik
menyepi diri agar mendapat ampunan dari Tuhan.
Beda lan kang wus santosa
Kinarilah ing Hyang Widhi
Satiba malanganeya
Tan susah ngupaya kasil
Saking mangunah prapti
Pangeran paring pitulung
Marga samaning titah
Rupa sabarang pakolih
Parandene maksih taberi ikhtiyar
Lain lagi bagi yang sudah kuat.
Mendapat rakhmat Tuhan.
Bagaimanapun nasibnya selalu
baik.
Tidak perlu bersusah payah
tiba-tiba mendapat anugerah.
Namun demikian masih juga
berikhtiar.
Sakadare linakonan
Mung tumindak mara ati
Angger tan dadi prakara
Karana riwayat muni
Ikhtiyar iku yekti
Pamilihing reh rahayu
Sinambi budidaya
Kanthi awas lawan eling
Kanti kaesthi antuka parmaning
Suksma
Apapun dilaksanakan. Hanya
membuat kesenangan pokoknya tidak menimbulkan persoalan.
Agaknya ini sesuai dengan petuah
yang mengatakan bahwa manusia itu wajib ikhtiar,
hanya harus memilih jalan yang
baik.
Bersamaan dengan usaha tersebut
juga harus awas dan
waspada agar mendapat rakhmat
Tuhan.
Ya Allah ya Rasulullah
Kang sipat murah lan asih
Mugi-mugi aparinga
Pitulung ingkang martani
Ing alam awal akhir
Dumununging gesang ulun
Mangkya sampun awredha
Ing wekasan kadi pundi
Mula mugi wontena pitulung Tuwan
Ya Allah ya Rasulullah, yang
bersifat murah dan asih,
mudah-mudahan memberi pertolongan
kepada hambamu disaat-saat menjelang akhir ini.
Sekarang kami telah tua, akhirnya
nanti bagaimana.
Hanya Tuhanlah yang mampu
menolong kami.
Sageda sabar santosa
Mati sajroning ngaurip
Kalis ing reh aruraha
Murka angkara sumingkir
Tarlen meleng malat sih
Sanityaseng tyas mematuh
Badharing sapudhendha
Antuk mayar sawetawis
BoRONG angGA saWARga meSI marTAya
Mudah-mudahan kami dapat sabar
dan sentosa,
seolah-olah dapat mati didalam
hidup.
Lepas dari kerepotan serta jauh
dari keangakara murkaan.
Biarkanlah kami hanya memohon
karunia pada MU agar mendapat ampunan sekedarnya.
Kemudian kami serahkan jiwa dan
raga dan kami.
No comments:
Post a Comment
Silakan berkomentar untuk entri artikel di blog